You are currently viewing Prosesi Boyong  Natapraja dan Sedekah Bumi 2024 dengan Tema Notoprojo Bersenergi Membangun Negeri

Prosesi Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi 2024 dengan Tema Notoprojo Bersenergi Membangun Negeri

Nganjuk, Nenemonews (Jatim) – Event tahunan Boyong Natapraja Dan Sedekah Bumi 2024 di selenggarakan lebih meriah dari tahun sebelumnya.
Kegiatan Boyong dilaksanakan pada hari Kamis (06/06/2024) atau 144 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal (06/06/1880) terjadi perpindahan pusat pemerintahan dari Kabupaten Berbek ke Nganjuk. Peringatan Hari Boyong Notoprojo kali kedua ini mengusung tema “Notoprojo Bersenergi Membangun Negeri”

Perayaan hari Boyong dimeriahkan dengan pawai, start pawai dimulai dari Alun-alun Berbek sebagai kota lama menuju Pandopo KRT.Sosro Koesoema, Kabupaten Nganjuk.Sehingga secara deyure Pemerintah Kadipaten Berbek menjadi beribukota di Nganjuk.Pawai Boyong tahun ini dilaksanakan lebih meriah dari tahun lalu ,pawai boyong tahun ini mendatangkan Bregada atau pasukan drumband dari Keraton Surakarta.

Ada 7 pasukan (Bregada) Yang memeriahkan acara boyong Notoprojo.Bregada tersebut antara lain Bregada warna ( Pasukan pembawa bendera umbul-umbul berwarna),Bregada ungel-ungelan ( Pasukan yang selalu ada dalam setiap korps pasukan),Bregada Prawiro Anom (memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan kehormatan keraton),Bregada Jemparing Langenastra (pasukan khusus yang terdiri dari wanita perkasa memainkan senjata panah),Bregada Jayeng Sekar(pasukan pemuda yang unggul dalam setiap perjuangan), Bregada Songsong Buwana( pasukan pembawa payung),dan pusaka Kyai Jurang Panetas dan Kyai Tunggul Wulung.

Acara Boyong di mulai pada sekitar pukul 13.00 WIB dimana prosesi perpindahan pusaka dari pendopo Desa Kacangan ke Pendopo Alun-alun Berbek. Pembukaan Boyong di laksanakan di pendopo alun-alun Berbek prosesi upacara acara Boyong Natapraja oleh PJ Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna dimeriahkan dengan sajian tari Bedaya Balbak diberkati dengan doa dan dimaknai dengan penyerahan pusaka oleh Camat Berbek kepada PJ Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna,sebagai simbol beralihnya pusat kekuasaan dari Ibu kota Berbek ke kota Nganjuk. Dua pusaka tersebut dibawa dari Berbek ke Nganjuk adalah Pusaka Kyai Kurang Pentas dan Kyai Tunggul Wulung sebagai pusaka andalan kota Nganjuk. Kedua pusaka tersebut memiliki arti atau filosofi menghancurkan jurang pemisah,meratakan perbedaan yang ada.
Setelah penyerahan pusaka prosesi pemberangkatan rombongan Boyong Notoprojo menuju pendopo alun-alun Nganjuk dengan mengunakan kendaraan kereta kuda.

Dalam acara boyong tahun ini melibatkan semua pejabat di Pemerintahan Kabupaten Nganjuk hingga pengusaha dan tokoh masyarakat Nganjuk. Dalam sambutan PJ Bupati menyampaikan Boyong Natapraja bukan sekedar kirab kebidanan biasa,tapi menjadi momen untuk mempererat rasa persatuan dan kesatuan. menyadarkan masyarakat akan kekayaan budaya bangsa dan pentingnya menjaga tradisi untuk generasi penerus. PJ Bupati juga menambahkan Kabupaten Berbek Ibu kota di Nganjuk terdiri dari lima wilayah kawedanan.Berbek Nganjuk, Warujayeng,Lengkong dan Kertosono. Fakta sejarah harus di mengerti, di kuasai sebagai ingatan kolektif terutama para pejabat pemerintahan di Kabupaten Nganjuk.

Selanjutnya prosesi susulan dan sasrahan di laksanakan di Taman Nyawiji, prosesi penyerahan perlengkapan budaya, Upacara Bukak Lawang disertai prosesi Notoprojo turun dari kereta bersiap kirab budaya menyapa masyarakat Nganjuk.

Kirab budaya di laksanakan di sepanjang Jalan A.Yani. Boyong pemerintahan dengan pusaka dan Pejabat Forkopimda berjalan menyapa masyarakat Nganjuk.

Acara selanjutnya adalah Bukak Lawang dan Penyerahan Pusaka di Pendopo,pusaka di letakan sebagai simbol kekuatan sejarah dijaga dengan tekad dan di panjatkan memohon kelancaran Nganjuk menuju sejahtera di masa depan.

Acara yang terkahir yaitu acara Purakan Gunungan yang berada di depan Pendopo Nganjuk,bersama- sama masyarakat Nganjuk mempurak gunungan yang berada di atas mobil dengan penuh suka cita dan rasa syukur merayakan panen,Purakan Gunungan adalah tradisi yang lestari menyatukan rakyat dalam semangat negeri.(Iik)

Loading